Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Fenomena Guru Honorer Masa Kini Hingga Munculnya "Honorer Siluman"

Fenomena Guru Honorer Masa Kini Hingga Munculnya "Honorer Siluman"

Guru honorer

Nah, sobat apologiku kali ini kita akan sedikit beropini terkait fenomena guru honorer masa kini yang sempat banyak media yang menyebutnya sebagai fenomena "Honorer Siluman" seperti cuplikan judul berita di bawah ini.

Mimin teringat ditahun 2019 yang lalu, mimin pernah menulis tentang guru honorer dengan judul, "Guru Honorer Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Yang Nyata." Kala itu, mimin mengangkat topik tersebut karena merasa risih dengan kurangnya penghargaan kepada guru-guru honorer yang sangat minim perhatian oleh pemerintah.

Meskipun sebenarnya harus disadari memang bahwa menjadi honorer adalah pilihan dari sekian banyaknya pilihan. Tentu orang yang mau menjadi honorer sudah pasti paham dengan konsekuensi menjadi seorang honorer. Dimana tentu mereka sudah tau bahwa tingkat kesejahteraan seorang honorer itu jauh dari kata cukup.

Namun perlu disadari juga bahwa niat menjadi honorer itu, selain mengabdi pasti ada niat juga untuk bisa diangkat menjadi aparatur sipil negara. Yah meskipun tidak ada jaminan sih. Hingga munculnya istilah ASN PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). 

Munculnya istilah ASN PPPK ini menumbuhkan semangat bagi para honorer dan semakin banyak yang mau menjadi seorang honorer. Dalihnya yang penting data masuk dulu, urusan kerja atau bagaimananya, urusan belakangan. 

Nah saya kembali dulu di zaman sebelum ada istilah ASN PPPK dulu banyak diantara rekan-rekan yang sekolah keguruan itu tidak mau mengajar. Karena menganggap hanya buang-buang waktu karena tidak dapat hidup sejahtera dengan penghasilan yang minim.

Namun, ditahun 2025 ini sepertinya agak sedikit berbeda pemandangannya. Mengingat besaran gaji guru+sertifikasi yang masih sama narasinya dengan tulisan tempo hari. Nyatanya, mata mimin dibuka dengan maraknya guru honorer yang hanya ada dalam data saja tanpa ada wujudnya dilapangan.

Hal ini menurut mimin kemudian menciderai tugas mulia yang dikerjakan oleh seorang honorer. Baik itu yang bertugas untuk mengajar ataupun sebagai petugas administrasi.

Di sosial media kita bisa melihat hebohnya para honorer yang menuntut pemerintah untuk bersikap adil dalam mengambil keputusan karena banyaknya PPPK yang diangkat khusus melalui jalur honorer yang tanda kutip "Hanya Numpang Nama" tanpa menjalankan tugas pokok sebagaimana yang tertuang dalam daftar data base yang ada.

Hal ini menjadi ironi saat ini, dimana fenomena ini terus berkembang selama proses pengangkatan ASN dilakukan berdasarkan pengabdian alias data saja tanpa pantauan langsung dilapangan.

Mimin disini bukan mau menyalahkan pemerintah yang melakukan perekrutan berdasarkan pengabdian yah. Maksud mimin tuh gini, alangkah lebih elok apabila perekrutan ini dilaksanakan dengan fair. kalau memang mau mengangkat yang memiliki pengabdian lama berdasarkan data. Tolonglah angkat orang -orang yang secara data dan fisik ada dan melaksanakan tugas. Jangan hanya melakukan perekrutan tanpa melihat kehadiran orangnya dalam menjalankan tugas. Karena hal tersebut membuat ketimpangan diantara teman-teman honorer. Rasa iri dan jengkel tentu ada dalam diri semu honorer yang merasa dicurangi dan dijadikan bak sapi perah untuk kemaslahatan segelintir orang.

Faktanya, dewasa ini fenomena honorer semakin naik daun dibandingkan waktu mimin menulis artikel tentang "Guru Honorer Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Yang Nyata."

Saat itu banyak teman atau kolega mimin yang tidak mau menjadi seorang honorer mengingat gaji dan statusnya yang tidak ada kejelasan. 
Namun dengan adanya iming-iming PPPK dengan metode pengangkatan berdasarkan pengabdian, maka berlomba lombalah oknum pemangku kebijakan untuk memasukkan anggotanya dalam data base.

Okelah kalau anggotanya/ orang yang dimasukkan itu memang sudah memenuhi syarat. Bagaimana kalau belum ? yah taulah maksud mimin disini. contohnya, seorang guru yang harusnya merupakan sarjana pendidikan namun ternyata sudah diambil untuk mengajar padalah legal standingnya belum ada. Dalam artian mereka yang masih kuliah, mahasiswa baru atau bahkan baru lulus SMA dan belum kuliah. Alasannya hanya karena mengejar database agar terbaca dan cepat bisa diangkat menjadi PPPK.

Kesimpulannya disini, mimin mau mengingatkan kepada teman-teman honorer untuk marilah kita sama sama menjaga hati dan perasaan orang lain dengan tidak melakukan hal-hal yang bisa menciderai orang orang yang seprofesi dengan kita.

Para honorer yang sekarang ada dalam data dan tidak melaksanakan tugas, kerjakanlah tugasmu dengan baik dan jangan mangkir dari tugas. 

Jagalah perasaan orang orang yang menjadi sainganmu pada saat tes PPPK. Sesungguhnya apa yang kita lakukan untuk kemakmuran hidup kita, itu akan lebih indah apabila kita melakukannya dengan jalan yang benar dan lurus, bukan jalan yang berbelok dan bukan pula jalan pintas yang membuat orang lain irih dengan pencapaian yang tidak semestinya.

Namun yah perkara honorer siluman ini sebenarnya agak susah untuk dicegah kalau bukan sistem yang lebih ketat dan yang paling penting harus ada kesadaran dari diri sendiri pelaku utamanya.

Keep spirit rekan-rekan honorer dimanapun berada, jangan patah semangat kita sama-sama berdoa untuk menjadi lebih baik, serta tetap bekerja dengan hati dan ikhlas agar keikhlasan dalam bekerja  menjadikan indah pada waktunya.

Post a Comment for "Fenomena Guru Honorer Masa Kini Hingga Munculnya "Honorer Siluman""