Biografi Sultan Hasanuddin Raja Gowa Ke XVI

apologiku.com - Sultan Hasanuddin atau I Mallombassi Daeng Mattawang adalah seorang raja dan pahlawan nasional Indonesia yang memimpin Kerajaan Gowa pada abad ke-17. Ia lahir pada tanggal 12 Januari 1631 di Kota Gowa, Sulawesi Selatan. Ayahnya adalah Sultan Malikussaid, seorang raja dari Kerajaan Gowa, sedangkan ibunya adalah putri dari Kerajaan Tallo.

Sejak kecil, Hasanuddin telah belajar tentang seni, budaya, dan agama Islam dari para guru di Kerajaan Gowa. Ia juga belajar tentang tata kelola pemerintahan dan kemiliteran dari ayahnya dan keluarganya yang merupakan pemimpin-pemimpin di Kerajaan Gowa. Pada usia 17 tahun, Hasanuddin dinobatkan sebagai raja muda untuk menggantikan ayahnya yang meninggal dunia.

Setelah menjadi raja, Hasanuddin memimpin perluasan wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa hingga mencakup daerah-daerah di Sulawesi Selatan dan beberapa wilayah di sekitarnya, seperti Bone, Soppeng, Wajo, dan Luwu. Ia juga menjalin hubungan perdagangan dengan bangsa-bangsa di Asia Tenggara, seperti Jawa, Malaka, dan Johor.

Sultan Hasanuddin dikenal sebagai seorang pemimpin yang cerdas dan visioner, yang berhasil memimpin Kerajaan Gowa pada masa kejayaannya di abad ke-17. Model kepemimpinan yang dilakukan oleh Sultan Hasanuddin hingga bisa mencapai kejayaan kerajaan Gowa saat itu adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan yang inspiratif dan berwibawa. Sultan Hasanuddin memiliki kepribadian yang karismatik dan mampu memotivasi para pengikutnya dengan visi dan misi yang jelas. Ia memimpin dengan contoh dan berbicara dengan nada yang tegas, namun tetap menghormati hak-hak dan martabat setiap orang.
2. Kepemimpinan yang inovatif dan proaktif. Sultan Hasanuddin selalu mengembangkan berbagai inovasi untuk meningkatkan kemajuan Kerajaan Gowa. Ia mampu memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan bijak, serta menggali dan memanfaatkan potensi yang ada di sekitarnya.
3. Kepemimpinan yang bijaksana dan berkeadilan. Sultan Hasanuddin dikenal sebagai raja yang bijaksana dan adil dalam memerintah Kerajaan Gowa. Ia mampu menyeimbangkan kepentingan kerajaan dengan kepentingan rakyat, serta memberikan perlindungan dan keamanan bagi seluruh warga kerajaan.
4. Kepemimpinan yang berani dan pemberani. Sultan Hasanuddin tidak segan-segan mengambil keputusan yang berani dan berani mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Kerajaan Gowa dalam menghadapi serangan musuh. Ia juga berani mengambil resiko dalam melakukan berbagai perjuangan untuk kepentingan rakyat dan kerajaan.
5. Kepemimpinan yang bersifat inklusif. Sultan Hasanuddin mampu mengakomodasi berbagai suku, agama, dan budaya yang ada di Kerajaan Gowa dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Ia memperlakukan semua orang dengan adil dan merangkul mereka dalam membangun kerajaan yang maju dan sejahtera.

Model kepemimpinan Sultan Hasanuddin ini memberikan inspirasi dan pelajaran bagi banyak pemimpin di Indonesia, terutama dalam memimpin dan mengembangkan bangsa dengan visi, misi, dan kepemimpinan yang berwibawa, inovatif, bijaksana, berani, dan inklusif.

Namun, pada tahun 1666, pemerintah Belanda yang pada masa itu menguasai Hindia Belanda mengirim pasukan ke Sulawesi Selatan untuk menyerang Kerajaan Gowa. Serangan Belanda ini dipicu oleh perseteruan antara Sultan Hasanuddin dengan pemerintah Belanda mengenai pajak yang harus dibayar oleh warga Kerajaan Gowa. Sultan Hasanuddin memimpin pasukan Kerajaan Gowa dalam pertempuran melawan Belanda, termasuk di dalamnya adalah Pertempuran Bontenrein, Pertempuran Tumaparisi, dan Pertempuran Sungai Saddang.

Meskipun Kerajaan Gowa kalah dalam pertempuran tersebut, Sultan Hasanuddin tetap dihormati oleh rakyatnya sebagai pahlawan yang berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Kerajaan Gowa. Ia meninggal dunia pada tanggal 12 Juni 1670 di usia 39 tahun dan dimakamkan di makam raja-raja di pusat kota Makassar. Ia diakui sebagai pahlawan nasional Indonesia pada tahun 1973 atas jasanya dalam mempertahankan kemerdekaan Kerajaan Gowa.