Dongeng Fabel Kisah Persahabatan Gajah dan Tikus
apologiku - Kisah persahabatan gajah dan tikus dalam cerita ini merupakan salah satu kisah yang sangat unik. Betapa tidak, nyatanya persahabatan keduanya dimulai dari sebuah pertikaian. Nah dari pertikaian itu, keduanya menjadi sepasang sahabat yang akrab dan saling menghormati.
Penasaran dengan kisahnya ? Langsung simak aja yah sobat pembelajar:
"Bunga ini sangat harum, Tuan! Sangat pantas untuk pengharum ruangan," kata Tikus mempromosikan dagangannya.
"Bunga apa ini?" tanya Gajah.
"Ini adalah sebuah bunga yang sangat ajaib!" jawab Tikus.
"Apakah bunga ini wangi?" tanya Gajah.
"Tentu saja! Bunga ini sangat harum " jawab Tikus. "Boleh aku mencobanya?" tanya Gajah yang tengah penasaran dengan wanginya.
"Tentu saja Tuanku! Silakan."
Gajah pun perlahan-lahan menjulurkan belalainya yang panjang. Ia pun mengirup wangi bunga ajaib itu. Benar sekali yang dikatakan Tikus. Bunga tersebut sangat wangi. Namun, tidak lama kemudian hidungnya terasa geli dan gatal tidak bisa tertahan. Hidungnya tiba-tiba akan bersin. Tetapi ia terus menahannya karena tidak baik bersin di depan orang lain. Namun, hidungnya terus saja terasa geli, ia terus mencoba menahannya. Akhirnya, tanpa disadari Gajah mengambil ancang-ancang untuk bersin.
Ia menghirup udara kuat-kuat melalui mulutnya yang besar. Begitu besar angin yang masuk ke dalam mulutnya. Bahkan, tangkai bunga pun tersedot keluar dari tangkainya. Melihat ancang-ancang Gajah, Tikus pun bersiap untuk pergi meninggalkan tempat tersebut. Ia berpikir akan terjadi angin topan.
Tiba-tiba, Gajah pun bersin dengan sangat hebat. Akibat bersinnya yang hebat itu rumah-rumah menjadi rusak, gentingnya berterbangan seperti dilanda angin topan. Tikus pun terpelanting sangat jauh hingga puluhan meter. Bunga dagangannya pun berserakan ke mana-mana. Karena bersinnya
yang sangat hebat, Gajah pun terjatuh ke tanah bahkan mengeluarkan air mata. Ia melihat semua yang di hadapannya rusak akibat bersinnya tersebut. Ia merasa sangat bersalah dan menyesal. Namun, itu semua bukan keinginannya.
Gajah hanya diam sambil menatap semua kerusakan. Tiba-tiba, datanglah seekor Badak, ia bertingkah seperti seorang polisi dan melihat kejadian tersebut. Melihat Badak datang, Tikus pun timbul keberaniannya. Ia segera berlari-lari menghampiri Gajah.
"Hei, Tuan! Kau harus mengganti kerugianku.Lihatlah! Bunga-bunga daganganku semua berhamburan dan hancur. Aku akan adukan kau kepada Badak!" bentak Tikus marah.
Gajah hanya diam. Ia merasa sangat bersalah.
"Tenanglah, aku akan mengganti semua kerugianmu," kata Gajah dengan lembut.
Badak pun menghampiri Gajah dan Tikus.
"Lihat akibat perbuatanmu!" bentak Badak dan menunjuk ke arah rumah-rumah yang rusak.
"Iya, itu salahku!" kata Gajah mengakui kesalahannya.
"Bunga-bungaku semuanya rusak. Aku meminta ganti rugi," bentak Tikus.
Sebenarnya Gajah sangat marah kepada Tikus. Karena bunga yang ia jual, akibatnya malah kacau balau. Tetapi ia menahan kemarahannya.
"Apa benar yang dikatakan Tikus?" tanya Badak.
"Tidak! Saya tidak merusaknya dengan sengaja!" jawab Gajah.
"Bagaimana rumah itu bisa hancur? Dan bunga-bunga yang Tikus jual berserakan ke mana-mana?" tanya Badak
"Saya hanya bersin, Tuan!"
"Bersin? Hanya karena bersin, rumah-rumah ini hancur?" tanya Badak tidak percaya.
"Saya hanya mencium bunga yang dijual Tikus," jawab Gajah sambil menunjuk bunga-
bunga yang berserakan.
"Hmm, bunga siapa itu?" tanya Badak.
"Itu adalah bunga Tikus!"
Badak pun melihat ke arah Tikus. Tiba-tiba, Tikus berubah menjadi gelisah. Badak pun mengerti bahwa ini bukan kesalahan Gajah seorang. Akhirnya, Badak yang bertingkah menjadi polisi tersebut menengahi Gajah dan Tikus.
Akhirnya, Tikus pun meminta maaf karena sudah menjual bunga ajaib yang menjadi
malapetaka tersebut. Gajah pun merasa bersalah, karena bersinnya tersebut mengakibatkan kerusakan yang sangat besar dan merugikan orang lain. Badak pun melanjutkan perjalanannya setelah menjadi
polisi. Mereka berdua mengakui kesalahannya. Semenjak itu, Gajah dan Tikus berteman baik. Semua itu berkat bunga ajaib.
*****
Nah dari cerita persahbatan gajah dan tikus di atas, apa nih yang sobat pembelajar dapat ambil sebagai pelajaran?
Yah, betul sekali sobat. Dalam berselisih kita harus menahan diri dan tidak mementingkan ego masing-masing, agar persoalan cepat selesai dan tidak berkepanjangan. seperti yang dilakukan oleh Gajah, meski ia dituduh merusak semua rumah dan barang dagangan tikus, ia tetap tenang dan tidak egois dalam menyelesaikan masalah.
Kemudian, jika masalah yang kita hadapi itu begitu berat, sebaiknya kita mencari seseorang yang bisa menengahi masalah. Yah seperti yang dilakukan oleh Badak dalam menyelesaikan masalah antar tikus dan gajah.
Sedangkan untuk tikus, kita tidak boleh mencontoh kelakuannya yang selalu mau menyalahkan orang lain karena keegoisannya yah sobat. Namun yang dapat kita ambil kebaikan pada diri tikus adalah kebesaran hatinya mengakui bahwa kerusakan yang terjadi bukan semata kesalahan gajah namun ia juga ambil andil dari kerusakan tersebut.
Penasaran dengan kisahnya ? Langsung simak aja yah sobat pembelajar:
Persahabatan Gajah dan Tikus
"Bunga apa ini?" tanya Gajah.
"Ini adalah sebuah bunga yang sangat ajaib!" jawab Tikus.
"Apakah bunga ini wangi?" tanya Gajah.
"Tentu saja! Bunga ini sangat harum " jawab Tikus. "Boleh aku mencobanya?" tanya Gajah yang tengah penasaran dengan wanginya.
"Tentu saja Tuanku! Silakan."
Gajah pun perlahan-lahan menjulurkan belalainya yang panjang. Ia pun mengirup wangi bunga ajaib itu. Benar sekali yang dikatakan Tikus. Bunga tersebut sangat wangi. Namun, tidak lama kemudian hidungnya terasa geli dan gatal tidak bisa tertahan. Hidungnya tiba-tiba akan bersin. Tetapi ia terus menahannya karena tidak baik bersin di depan orang lain. Namun, hidungnya terus saja terasa geli, ia terus mencoba menahannya. Akhirnya, tanpa disadari Gajah mengambil ancang-ancang untuk bersin.
Ia menghirup udara kuat-kuat melalui mulutnya yang besar. Begitu besar angin yang masuk ke dalam mulutnya. Bahkan, tangkai bunga pun tersedot keluar dari tangkainya. Melihat ancang-ancang Gajah, Tikus pun bersiap untuk pergi meninggalkan tempat tersebut. Ia berpikir akan terjadi angin topan.
Tiba-tiba, Gajah pun bersin dengan sangat hebat. Akibat bersinnya yang hebat itu rumah-rumah menjadi rusak, gentingnya berterbangan seperti dilanda angin topan. Tikus pun terpelanting sangat jauh hingga puluhan meter. Bunga dagangannya pun berserakan ke mana-mana. Karena bersinnya
yang sangat hebat, Gajah pun terjatuh ke tanah bahkan mengeluarkan air mata. Ia melihat semua yang di hadapannya rusak akibat bersinnya tersebut. Ia merasa sangat bersalah dan menyesal. Namun, itu semua bukan keinginannya.
Gajah hanya diam sambil menatap semua kerusakan. Tiba-tiba, datanglah seekor Badak, ia bertingkah seperti seorang polisi dan melihat kejadian tersebut. Melihat Badak datang, Tikus pun timbul keberaniannya. Ia segera berlari-lari menghampiri Gajah.
"Hei, Tuan! Kau harus mengganti kerugianku.Lihatlah! Bunga-bunga daganganku semua berhamburan dan hancur. Aku akan adukan kau kepada Badak!" bentak Tikus marah.
Gajah hanya diam. Ia merasa sangat bersalah.
"Tenanglah, aku akan mengganti semua kerugianmu," kata Gajah dengan lembut.
Badak pun menghampiri Gajah dan Tikus.
"Lihat akibat perbuatanmu!" bentak Badak dan menunjuk ke arah rumah-rumah yang rusak.
"Iya, itu salahku!" kata Gajah mengakui kesalahannya.
"Bunga-bungaku semuanya rusak. Aku meminta ganti rugi," bentak Tikus.
Sebenarnya Gajah sangat marah kepada Tikus. Karena bunga yang ia jual, akibatnya malah kacau balau. Tetapi ia menahan kemarahannya.
"Apa benar yang dikatakan Tikus?" tanya Badak.
"Tidak! Saya tidak merusaknya dengan sengaja!" jawab Gajah.
"Bagaimana rumah itu bisa hancur? Dan bunga-bunga yang Tikus jual berserakan ke mana-mana?" tanya Badak
"Saya hanya bersin, Tuan!"
"Bersin? Hanya karena bersin, rumah-rumah ini hancur?" tanya Badak tidak percaya.
"Saya hanya mencium bunga yang dijual Tikus," jawab Gajah sambil menunjuk bunga-
bunga yang berserakan.
"Hmm, bunga siapa itu?" tanya Badak.
"Itu adalah bunga Tikus!"
Badak pun melihat ke arah Tikus. Tiba-tiba, Tikus berubah menjadi gelisah. Badak pun mengerti bahwa ini bukan kesalahan Gajah seorang. Akhirnya, Badak yang bertingkah menjadi polisi tersebut menengahi Gajah dan Tikus.
Akhirnya, Tikus pun meminta maaf karena sudah menjual bunga ajaib yang menjadi
malapetaka tersebut. Gajah pun merasa bersalah, karena bersinnya tersebut mengakibatkan kerusakan yang sangat besar dan merugikan orang lain. Badak pun melanjutkan perjalanannya setelah menjadi
polisi. Mereka berdua mengakui kesalahannya. Semenjak itu, Gajah dan Tikus berteman baik. Semua itu berkat bunga ajaib.
*****
Nah dari cerita persahbatan gajah dan tikus di atas, apa nih yang sobat pembelajar dapat ambil sebagai pelajaran?
Yah, betul sekali sobat. Dalam berselisih kita harus menahan diri dan tidak mementingkan ego masing-masing, agar persoalan cepat selesai dan tidak berkepanjangan. seperti yang dilakukan oleh Gajah, meski ia dituduh merusak semua rumah dan barang dagangan tikus, ia tetap tenang dan tidak egois dalam menyelesaikan masalah.
Kemudian, jika masalah yang kita hadapi itu begitu berat, sebaiknya kita mencari seseorang yang bisa menengahi masalah. Yah seperti yang dilakukan oleh Badak dalam menyelesaikan masalah antar tikus dan gajah.
Sedangkan untuk tikus, kita tidak boleh mencontoh kelakuannya yang selalu mau menyalahkan orang lain karena keegoisannya yah sobat. Namun yang dapat kita ambil kebaikan pada diri tikus adalah kebesaran hatinya mengakui bahwa kerusakan yang terjadi bukan semata kesalahan gajah namun ia juga ambil andil dari kerusakan tersebut.
Post a Comment for "Dongeng Fabel Kisah Persahabatan Gajah dan Tikus"